Blogroll

Jumat, 30 Maret 2012

Gunung Kawi: Alkulturasi Klenik Cina - Jawa


Dengan kekuatan kepercayaan spiritual dan sejarahnya, Gunung Kawi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Gunung Kawi terletak di sebelah barat kota Malang, tepatnya berada di kecamatan Wonosari, kabupaten Malang, Jawa Timur. Ketinggian Gunung Kawi mencapai 2551 meter. Pesona Gunung Kawi terdapat karena kepopulerannya sebagai tempat sembayang bagi dua etnis sekaligus, yakni etnis tionghoa dan jawa. Puncak keramaian Gunung Kawi akan terasa pada saat Tahun Baru Cina (Imlek) dan Tahun Baru Jawa (Suro). Pada Imlek tahun 2012 (23/1), saya berkesempatan untuk singgah ke Gunung Kawi.

Mendaki Penuntut Nasib; Di Gunung Kawi ini terdapat Kuil Kuan Im yang digunakan untuk sembayang secara Kong Hu Cu. Selain itu terdapat juga ritual giam si yang dipercaya dapat membaca peruntungan atau nasib. Bagi orang Jawa yang percaya, Gunung Kawi dianggap keramat karena terdapat makam Eyang Raden Mas Kyai Zakaria dan Radeng Mas Imam Sujono, pengikut Pangeran Diponegoro yang mengasingkan diri dan menybebarkan ajaran-ajaran spiritual di Gunung Kawi. Berziarah ke makam Eyang Raden Mas Kyai Zakaria dan raden Mas Imam Sujono yang terletak di Gunung Kawi ini, dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan.

Pelita Harapan; Pak Paidi warga asli Gunung Kawi yang juga penjaga tempat-tempat wisata ziarah di Gunung Kawi mempersiapkan lilin-lilin yang berada di Kuil Kwan Im. Lilin-lilin tersebut milik orang-orang yang rutin datang ke Gunung Kawi untuk bersembayang. Lilin adalah simbol penerangan bagi pesembayang, dengan menyalakan lilin diharapkan pesembayang selalu diterangi jalan hidupnya. Lilin-lilin tersebut harganya mencapai hingga puluhan juta rupiah, tergantung dari ukurannya. Pesembayang percaya semakin besar lilin yang dinyalakan semakin terang jalan hidupnya.

Mengintip Misteri; Yang sangat populer di Gunung Kawi ini adalah giam si yakni meramal dengan menggunakan nomor. Teknisnya, orang yang ingin diramal mengocok sebuah tabung yang yang berisi beberapa batang kayu yang telah diberi nomor di setiap batangnya sambil memikirkan apa yang ingin diketahui. Orang yang diramal tersebut mengocok hingga jatuh satu batang kayu. Nomor batang kayu yang jatuh itu lah yang menjadi nomor peruntungannya. Arti dari nomor tersebut dapat ditanyakan kepada penjaga ruang giam si.
Meski ramalan ini identik dengan adat Cina, namun di Gunung Kawi penjaga yang membacakan nomor peruntungan  berasal dari warga setempat dan memakai pakaian adat Jawa. Pada saat saya berkunjung ke sana pun, tampak yang mengantri untuk diramal dengan giam si ini tak hanya etnis Cina. Banyak etnis yang bukan Cina ingin juga mencoba membaca nasib melalui giam si.

 http://ganisrumpoko.wordpress.com/tag/giam-si/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar